Cerita Pendek: Tabungan Rahasia
Jalanan tanah bercampur kerikil,itulah jalan desa kami kala itu (tahun 1996), usia saya sekitar 7 tahun,dan belum tergolong sebagai anak dewasa,saya baru menjadi anak-anak,sebelumnya saya menyandang sebutan balita. Usia 7 tahun adalah usia dimana seorang anak mulai kehilangan wajah lucu dan menjurus ke wajah anak menyebalkan.Bandel,ngeyel,dan susah di nasehati adalah sifat anak usia tujuh tahun pada umumnya. Kelakuan-kelakuan nakal seringkali di lakukan separti bermain petasan saat musim lebaran, hujan-hujanan dan mainan lumpur, pergi tanpa pamit dan sebagainya. Pernah terbayang di saat itu bagaimana masa depan saat dewasa nanti, apakah aku nanti bisa bekerja mencari uang sendiri?
Anganku nanti saat dewasa adalah ingin memiliki penghasilan 1 juta per bulan (Jumlah yang cukup besar sebelum krisis moneter tiba). Saya sudah mulai menghitung berapa anggaran makan jika saya berkeluarga nantinya, harga beras per kilonya adalah 1.000 rupiah, saya tahu karena ibu saya buka warung kelontong di rumah, Bayangkan per hari kebutuhan hidup untuk makan adalah beras 1.000 rupiah dan lauk pauk anggaplah 2.000 rupiah sudah mewah, sehari hanya butuh uang 3.000,- untuk makan jika di kali sebulan hasilnya 90.000,- kita bulatkan saja menjadi 100.000,- . Jika satu bulan penghasilan saya adalah 1 juta maka ada sisa uang 900.000,- untuk di tabung dan membeli kebutuhan lain seperti kendaraan dan menabung untuk beli rumah sendiri.
Baru-baru ini saya mendengar peribahasa menabung sedikit-sedikit akan menjadi bukit, saya coba praktekkan membeli celengan berbentuk ayam, uang saku 150,- rupiah saya sisihkan kadang 50,- kadang 100 rupiah untuk dimasukkan kedalam celengan. Sekitar 2 bulan terlewati, rasa penasaran dan ketidaksabaran ingin membuka celengan itu tak tertahankan, akirnya saya pecahkan celengan itu, terkumpul uang sekitar Tiga Ribu Rupiah. Uang ini saya gunakan untuk membeli mainan-mainan ke pasar, juga saya belikan karet gelang kiloan untuk saya jual kembali ke teman-teman di sekolah. Uangpun habis,dagangan kurang laku, akhirnya saya pakai karet gelangnya buat mainan sendiri.
Peribahasa itu benar,sedikit-sedikit akan menjadi bukit, tapi sayang baru gundukan kecil saja saya sudah tidak sabar. Mungkin karena uangnya ada di rumah jadi saya selalu tergoda, ide liar mulai bermunculan, saya bertekad akan membuat tabungan rahasia. Akhirnya saya menemukan ide, ide itu berupa tabungan rahasia bawah batu, jadi di sekaliling rumah,di jalan,di kebun-kebun,di tempat-tempat saya sering saya lewati setiap ada batu yang tergeletak dan ukurannya sebesar kepalan tengan orang dewasa atau lebih, disitu saya letakkan uang-uang receh 50an atau 100an rupiah, hampir semua batu di desa saya taruh uang receh di bawahnya.
Hal ini saya lakukan hampir 1 tahun lamanya hingga tahun 1997, Namun kesialam mulai datang, sebuah julukan bernama "krismon" bertebaran dimana-mana, sampai-sampai bayi yang lahir di desa saya ada yang diberi nama Krismon. Kata orang-orang, krismon adalah kesulitan uang, dalam hati saya sedikit tenang karena saya memiliki uang yang "berceceran dimana-mana" , saya berinisiatif mengambil satu persatu uang tabungan rahasia saya. Hitung-menghitung akhirnya kelar juga, terkumpul sekitar 25.000,- rupiah,,,, wooowwwww fantastis , tapi sayang, uang yang saya tabung ujung-ujungnya di pinjam oleh orangtua (yahhh entahlah,,, di pinjam atau di minta, bagi anak-anak itu sama saja). Cerita Pendek ini jangan sampai berkepanjangan, tanpa penutup yang jelas akan saya sudahi. Selesai...
0 Response to "Cerita Pendek: Tabungan Rahasia"
Posting Komentar